Jumat, 29 Januari 2010

Eywa*

John wage saleh

Inilah pohon keimanan
pohon yang mehujamkan akar akar tauhid dalam tanah
batang dan ranting ranting menjulang
daun daun selalu mendesahkan dzikir
nafas nafas Tuhan bertiup sepajang taman

inilah pohon keimanan
tempat burung burung membangun rumah
serangga menenun madu
menaungi musyafir istirah perjalanan panjang menuju entah

pohon yang tenteram
pohon yang indah
pohon yang tabah
pohon yang ramah tak pernah lelah berbuah.

apa gerangan do’a yang dipanjatkan pohon itu
hingga Tuhan senantiansa membiarkanya berbuah sepanjang musim, rimbun dan tak pernah tua.

Inilah pohon keimanan
di taman itu ibrahim telah menanamnya.
atas ijin Tuhan
entah ketawakalan macam apa hingga Ismail begitu pasrah
setelah turun firman penyembelihan

atau Abu Bakar khawari nabi
yang tiba tiba berseru kalimah thayibah
setelah Muhammad terbang dari masjidil Haram ke Masjidil Aqsha

inikah pohon keimanan itu?

Inilah pohon keimanan
setelah topan beliung memporak porandakan taman
batang batang kekar bergetar
ranting ranting berserak
dan dedaunan rontok tetapi kemudian tumbuh bersemi ranum tunas baru.

Entah keyakinan dan kepasrahan seperti apa
hingga Tuhan yang selalu sibuk menyempatkan diriNya
menjenguk pohon itu
jangan jangan….ach

sampai aku tahu bahwa pohon itulah meminta Tuhan singgah
pohon itulah yang selalu mengingat Tuhan. Selalu.

inikah pohon keimanan itu?

Setelah guruh memberikan kabar kecemasan menjadi sebab
ayat ayat mengatar aku sampai pada taman ini
menyusup. empat belas langkah dan dua puluh empat jengkal tinggal aku genapkan tiga jengkal lagi, aku singgahi pohon itu.

Aku sampai
inikah pohon keimanan itu?
diam diam aku sadap setiap do’a
juga tasbih tasbih dan syukur

dan dalam dahagaku
aku rampas buah buahnya memanjati dahan
dan menghirup udara, kereguk semua
ach..betapa tiada yang lebih nikmat selain sholat
tiada yang lebih indah selain ibadah

dipucuk pohon aku hinggap dan kusaksikan
taman taman yang lain
segera aku turun
siapa tahu aku bisa menyadap pohon ditaman yang lain itu hingga cukuplah
semua nikmat

jauh beberapa depa kutinggalkan taman itu
kuhampiri satu pohon
memanjatinya
tiba tiba
pohon itu roboh, tumbang, ambruk
akarnya terjerabut. sementara tak kudengar desir angin sedikitpun
kakiku patah, rusuk rusuk remuk

pohon pohon plastik
dahan dan ranting plastik
daun daun plastik
buah buah plastik
yang tumbuh dari riyak
ibadah ibadah plastik
keimanan plastik

dan kusaksikan jaring jaring digelar menjulang
untuk menjerat kasih sayang Tuhan

Tuhan
tolong berikan padaku satu butir benih saja
untuk kutanam di taman yang merana didadaku ini

hingga keimanan dan tawakal ini tumbuh
atas ijin dan ridhoMu.

dan pohon keimanan, maafkan aku telah menyadap do’a do’amu

Jogja, 30 januari 2010


*Eywa: adalah pohon jiwa dalam film The AVATAR

Rabu, 27 Januari 2010

Risalah Candi Purba

john wage saleh

ku sampaikan padamu sebuah risalah
karena kini masih saja kusaksikan samar bekas kecup bibirku di dahimu
noda cinta yang kupahat sangat dalam
teduh batu putih relief candi candi purba
siluet senja terkapar. abadi.

atau situasi sulit dan waktu yang lebih berkuasa
atau kefanaanmu yang bergetar
atau bisu yang mengutuk api pada jelaga terus mengerling
meski pengap meredam nyala.

sayang
kujenguk kau dalam risalah
mengetuk dinding candi
mereka reka jejak cinta yang kau toreh
di setiap tingkah, lagu, dan sajak

maaf kasih
risalah ini mungkin juga akan selalu bungkam
beku dalam kamar hanya bisa merekam bekas bibirku itu
karena sampai saat ini
belum juga kutemui
butir embun dikamarku


mrican, 2010

Selasa, 19 Januari 2010

BLUES HUJAN

John wage saleh

musik blues di kamarku dan
hujan diluar jendela
rintik-
rintik.

banyak januari yang hanyut
pada selasar kubur
retak, remuk menyusup dalam blues.

dan hujan adalah yang paling keramat
manandai dingin
tentu menjadi blues paling dingin.

mrican. 2010

Jumat, 15 Januari 2010

LUWENG

john wage saleh

Dikedalaman yang tak terterka
gerombolan iblis jahat menyekapmu
barangkali mereka ingin bercakap di ruang hampa cahaya itu

sujudmu, tasbih do’a-do’a lebam. Menangis!
biru tergerus cakar-cakar api racun
merayap ke sekujur tubuh menggerogoti nadi
seperti jasad daun murbei

Istirahatkan takbirmu…

Untukmu, biarkan aku rayu firman Tuhan
rintik-rintik cahaya, udara pagi, mata air kaki gunung
dengan nyanyian dan dongeng romantis

sayapku terayun
nada mengalun menjelajahi luweng
seperti mengisi kehampan, cahaya membias siluet
berselancar ditebing salju

ah…tapi kini kusaksikan
kau piawai merumuskan kebenaran sendiri tanpaku
jahanam yang dilaknat Tuhan

akulah iblis karibmu
eh..maaf..musuhmu.

tak pernah mengutuk.
menungumu membujuku.

mrican, 2010

Rabu, 13 Januari 2010

COLLINES ALLIANCE

john wage saleh

Di puncak bukit tanah tanah bunting
kau singgah

berhari-hari menunggu angin
tiba-tiba ambruk

dan kefanaanmu terkubur diparit-parit
lemah. lesu. Hampir mati.

Dalam koma itu kau menemu keingkaran
perompak yang menggondol perahu, penjudi menukar kartu
membawa pergi taruhan dari meja.

saat embun turun, kau terbangun
musim semi tiba

berbait-bait penantianmu kembali lahir
kembali menunggu.
angin keramat besenandung sendu
merinkik
dalam
hatimu.

Apakah lagi yang kau harapkan? sepoi, hembus, beliung.
jika kau masih percaya
mungkin kau berharap pada kematian

sebab tidak ada
yang
lebih
pasti
selain kematian.

mrcan, 2010

Jumat, 08 Januari 2010

AKU INGIN MERINDUIMU

john wage saleh

Kau datang
hampir melesat mata rindu kedadaku
tapi kenapa tak pernah kau biarkan aku menggigil

Pergi! di bukit sepi,disana laguku mengalun
menjelajahimu. horden jendela kamar sendu.
kenapa kau selalu rindu? Selalu.

Barangkali kau takkan pernah tau
tanah becek, daun pintu layu
senandung riuh yang tersengal sengal
bahasa bising cicak dan tokek yang segera luruh
dibatas rindumu. Minor.

Sebentar saja
aku ingin merinduimu.
Sebentar saja
aku ingin merinduimu seperti rindumu.

Mrican, 2010

Kamis, 07 Januari 2010

sajak Layla untuk Wage

kekasih segeralah bangun
sudah waktunya kau menciumku

jogja, 2010

Sabtu, 02 Januari 2010

RONGGENG

john wage saleh

mabukkan aku dalam tarianmu!

Selendangmu: durjana yang mencekik leherku
Pohon pohon tinggi yang menghalangi sinar matahari di hutan tua
Tersisa dahan dahan lumpuh menyusupi leng
Menahan sengat serangga kecil.

Magis. Dipinggulmu ia meliuk
Sirep pencuri, penjaga yang tertidur
Menyelipkan sawer di sela kembenmu

Setelah itu, aku bersayap
Buncah gelombang pecah
Terbebat secawan tuak pesisir
Menunggu waktu membawaku
Tenggelam dalam tetekmu.

Jogja, 2010