Sabtu, 27 Februari 2010

Poem's Eksperiment



john wage saleh

Sulit dijelaskan bahwa ini adalah sebuah puisi menurut saya. tapi beginilah puisi bukahlah baris baris kalimat saja melainkan perwujudan dari sebuat pesan tersirat dari segala hal yang lebih komplek. lagi-lagi ini menurut saya, entah menurut orang lain, ini patut disebut puisi atau tidak? puisi ini sudah saya abadikan di antologi puisi saya yang pertama "Do'a seorang Pencuri"

Poem's Eksperiment



john wage saleh

Apakah ini sebuah puisi? tapi saya sudah menganggapnya sebagai puisi. suatu waktu kita atau mungkin hanya aku yang kesulitan untuk menggambarkan rasa dengan abjad-abjad berbait-bait. inilah yang terjadi ketika kita atau mungkin hanya aku mulai bertutur dengan gambar. dan menganggapnya sebagai puisi.

Ziarah Cinta

john wage saleh

Kau ziarahi aku lagi di permakaman kamboja merah
keranjang sejarah kita dengan menabur kelopak kelopak mawar grimis tangis yang memangil manggil rinduku pada jasad cinta yang dibalut kain putih kusam dalam gunduk tanah hening

Nisan penuh lumut kenangan masalalu.
sepanjang kealphaan sapa, cinta membujur mayat, kiranya sayup nafasmulah membangkitkan rinduku juga rindumu menggelayut pada akar beringin. Atau bibirmu yang senantiasa berbisik rindu pada tepi tepi kubur hingga altar runtuh.

Aku ingin kau ingat. sama-sama kita patrikan nama cinta pada nisan dan mengikhlashkanya abadi.

Jogja, 280110

Minggu, 21 Februari 2010

Kesumat

sedih. goyah aku ngenas
terbayang jemari perempuan
yang melambai. ruas buku-buku retak
dan silang siur garis tangan riuh kusut
tertumbuk pecahan kaca menghalau gerimis batu.
setelah ritual berlalu melebur kecemasanmu
menjadi limbah menggerus nadzarmu terkapar dalam hisapan pasir.

tenangkan hatimu.

sesaji sesaji cinta yang kau taruh didepan pintu rumahku
bertahun telah pecah, karam menepi.

tapi siapa yang tidak iba
melihat kau menyayat pelupukmu
membasuhkan butir garam pada luka
menguliti kelopak kepalamu
lehermu yang terbelit duri duri kawat
darah mengucur membajiri jalan yang kau lewati bersamanya.

coba kau beberkan resahmu
atau beranjak dari kepasrahan

aku tidak bisa, keluhmu
aku berharap serpih serpih salju yang kupanjatkan
akan memberi jawab kesucian nadzar
tak perlu berbalas batu

kau tidak bisa?
aku tahu kau tak menginginkan cemara cemaramu tumbang
petir menghujat tingkahmu
juga jalan pajang retak lengang mengutuk sesal
dan aku kini beku bisu

ku-eja basah sembab pelupukmu
menunggu sesuatu yang tak terwakili kata-kata.

Jogja, feb. 2010

Sabtu, 20 Februari 2010

Ijabah Sepi

john wage saleh

mungkin kita memang tidak boleh kecewa.
bintang bintang berserak dan ikut menguap diselimuti mendung
tenggelam diperut langit.

seperti kita yakini: mereka benar benar fahim tentang ijabah:
matahari menggeser bulan ke peraduan cahaya remang remang

dan kita pun yakin bahwa
sekerumun malaikat telah lewat samar samar
melewati tembok tembok kamar
saat pintu dan jendela tertutup, udara dingin, kabar kabar yang terbentur atap
dan segala yang mengekalkan lelap kita

pagi ini: ia catat sepi.

Mrican. 21 feb, 2010

Kamis, 18 Februari 2010

MEDITASI

john wage saleh

Tidak. Tidak akan kubiarkan kau menua
Keriputmu sungai sungai kering yang terbakar menerkam semak, membawa abu dan aroma dupa ingatanku yang goyah
di dam rambut rambut memutih lebih awal dari yang seharusnya, rontok. menyisakan jejak detak detak detik kakimu terayun bergetar bersama otot kendor menggores riwayat

lahar dingin mengubur jasad rapuh. Timbun timbun lemak dibalik kulitmu meleleh kemudian membakar tulang belulang bagi sejarah aneh dan tak masuk akal itu.

Lelah. Barangkali ini adalah ambang dari meditasimu. Sejarah menjadi sangat penting ketika kau memulai dengan gurat gurat kecil.

Dengarlah, manis. Jangan lagi kau mengusik.
Aku benci bersolek berjam jam didepan kaca memoles keriput. Menyemir rambut menggambar alis dengan eye shadow yang tipis dan memberi warna pada bibir. Hanya membuatku terperangah memandang bongkah salju renruntuhan.

Maaf. aku menjadi tua
Walau kucegah kaupun akan berguguran
Sejarah sejarah yang menggelicir, tercelup bergantian menghampiri resiko

Orang orang yang menyeru nama kecilmu
Adalah daun daun yang membelai luka parah. Jasad sejarah yang lekang, gemuruh dinding bisu, puncak puncak bukit yang bergeser memandangmu kawatir akan waktu waktu yang hanyut dan dam dam jebol.

Bisik mereka pun tak akan kekal seperti sejarah itu sendiri.

Jogja, Februari 2010

Jumat, 05 Februari 2010

Sajak Jahanam

John wage saleh

Bangsat! Tengkukku kau tindihi gunung gunung
Bersama para jin jahanam itu
Mengubur lesu jasadku. Menduduki dadaku memasung dalam nyala api
Saraf saraf meleleh lantas membius, mebisikan mantra mantra
Tubuh mati.

Tuhan mengutukmu. Mengunci takdirmu lantaran ingkar
mencibir Adam mengobarkan kobaran kobaran kepicikan, dendam
amarah seperti bongkah besar api merah

tetapi kupahami kini, pantas keingkaranmu
seperti Tuhan juga memaklumimu kemudian mengikat janji
ketengangan kesepakatan yang terkabar dalam kitab kitab suci

kalau saja dapat ku-eja batinmu juga murung
setiap salah menudingmu
setiap kekhilafan menyerangmu
setiap kedzaliman menyudutkanmu

ach Tidak !

aku pun akan selalu mengutukmu jahanam
padahal kau tidak mengambil alih pikirku
kerikil sunyi lembah yang berlumut
menggelincirkan kutukan Tuhan.

Jogja, 2010

Senin, 01 Februari 2010

Kaifa Khaluk?

john wage saleh

Hai
Setelah terasing dari tangan tangan suci dan
tersisih oleh tangan tangan gamang
Kaifa khaluk?

Setelah tertibun debu, dibebat sarang labah labah,
diderogoti kutu
Kaifa khaluk?

setelah bertahun tertindih buku buku sains,
novel, koran koran
di rak rak atau diatas meja
kaifa khaluk?

Kaifa khaluk?
Masihkah di gores huruf huruf dan harokat harokatmu bersemayam
firman Tuhan.
Masihkah lafadmu yang berlipat ganjaran mengajarkan pemecahan
berbagai persoalan, benturan benturan kehidupan
sementara telah dirumus teori teori masakini
penghayatan dan pemikiran
logis yang diyakini lebih memberi solusi
seakan akan menuding dan memakimu. Kuno.
.
:Kita sama sama memendam rindu yang tegang dan sukar dipahami
(menjadi asing di jarak yang sangat dekat)

Oo
ketika para qori’ melantunkan ayat ayat telah
diganti bunyi mp3 lebih memberi nuansa wah
kaifa khaluk?

ketika ayat ayat mejadi penolak balak dan hiasan dinding rumah rumah megah
kaifa khaluk?

ketika ayat ayat menjadi mantra mantra gaib
dalam ritual ritual magis
entah atas nama siapa
kaifa khaluk?

masihkah kalimah kalimahmu memberi teduh rumah rumah ba’da magrib
yang menggema
masihkah kabar kabar gembira terwakili dalam nukil surah surahmu
masihkah akan menerangi barzah bagi hafidz hafidzmu
masihkan petunjukmu mengantakan ke sorga Tuhan
masihkah ach

kaifa khaluk?
masihkah kau terima aku kembali

Jogja, 2010