Saya ingat ingat betul saat saya masih kecil tinggal dikampung dengan limpaahan air melimpah dan yang pasti jernih. Setelah meninggalkan kampung dan pulang satu bulan sekali pada akhir pekan rasa-rasanya banyak yang berubah. satu cerita masih teringat, kami anak-anak kecil dikampung mempunyai pelataran yang luas untuk bermain bola, didepan masjid. kami tak pernah menyiapkan minum dari rumah. kami terbiasa dengan menenggak air dari tampungan air di masjid yang diambil dari sumber air kampung sebelah dan anehnya kami tidak pernah sakit perut atau sakit tetek bengek oleh sebab air yang kami minum. Begitu juga sungai kami sangat jernih dan dalam, kami mandi, mencuci dan eek disana, air mengalir kearah timur dengan dam-dam bangunan peninggalan belanda.
Dan yang paling penting, produk air mineral apapun tidak laku ditempat kami. Tetapi kemudian perusahaanya mendirikan pabrik di timur daerah kami. untuk mengambil airnya dan menjual ke luar daerah. Bisnis air mineral kian merebak.
Seperti yang diungkapkan dalam sebuah buku motivasi populer, bisnis air sangat dianggap remeh dan tidak mungkin laku dan memberikan keuntungan pada awal perintisanya. Tapi siapa sangka sekarang setiap setiap orang mempunyai permintaan yang tinggai atas produk air kemasan itu. Dengan banyak alasan dan dominannya adalah karena alasan kesehatan. Ya, perlu rangkaian mesin untuk menjadikan air benar-benar bersih dan jernih.
Baik, sekarang kita coba lihat trend perubahan kondisi airnya walaupun hanya secara subjektif air besih dan jernih semakin berkurang stoknya. Pengelolaan dan pemanafaatan air yang kurang benar terus saja dilanjutkan bahkan perusakan keseimbangan ekosistem yang menjadikan air tidak betah didaratan, langsung kelaut.Air tanah menjadi keruh dan tidak sehat. Kita rela merogoh kantong untuk medapatkan air bersih, jernaih dan sehat.
Maka tidak salah jika saya mengingat sejarah yang kini tidak saya temui lagi untuk menyambut World Water Day.

seperti itu ceritanya ya
BalasHapus