Rabu, 31 Maret 2010

Penyesalan Tak Terpahami

rTiba-tiba saja aku teringat seorang sahabat lama yang mesti harus tetap kuyakini sebagai sahabat setelah membuka kembali beberapa folder gallery foto kami. sangat sulit untuk membuat istilah "mantan/bekas" ketika kita bercakap tentang sahabat.

Bagaimana harus memulai menuliskanya. Kami sudah dipisahkan jarak dan jalan tadir kami masing-masing. Dan tiba-tiba saja aku menyesalkan beberapa hal yang menjadi sebab atas hilangnya hubungan komunikasi kami. Untuk kehilangan yang ini aku benar-benar menyesalinya. Soal aku tidak peka terhadap hal-hal disekitarku dan membiarkan semuanya terlewatkan begitu saja diantara kami. Aku tidak ingin menceritakan tentang sahabat yang menghilang ini karena aku pun masih sukar menjelaskanya tapi cukup kupahami semua ruang-ruangnya dan tidak mungkin bagi aku untuk menceritakanya.

Dulu kami menjalin persahabat yang sangat dekat. sangat dekat. Dan aku jelas akan tetap menganggapnya sebagai sahabat. Namun dia melakukan beberapa hal yang membuat aku tidak bisa menerimanya dan aku melakukan sesuatu yang dia tidak tidak bisa menerimanya. Ini bukan soal perhitungan pembagian luka yang sama.

Semuanya bisa saja terjadi pada ruang dan waktu yang tidak tepat dan untuk kunjunganku ke masa lalu ini sepenuhnya aku tak berharap memasung atau membekukan waktu dengan kembali di masa itu. Aku pun menyadari bahwa memposisikan diri bukanlah hal mudah untuk aku lakukan, tapi untuk ketidaksadaranku hingga seseorang begitu mengutukku tetang masalah yang
seharusnya tidak perlu menggunakan perasaan ini  akan selesai begitu saja. Bagaimana pun aku selalu mempunyai i'tikat baik untuk menyelesaikan dosa yang tidak bisa ia diterima ini.


Dan saat ini aku menanyakan tentang luka. Siapa yang terluka diantara kami? beberapa waktu setelah kejadian itu aku seperti diburu oleh sesuatu yang tidak aku mengerti atas segala sebab juga atas apa yang aku perbuat hingga kebiasaanku yang dia tahu tapi berakibat lain setelah aku menerima pesan singkat "kmu hrus minta maap pd q". Aku mengira bisa saja kita melakukan sesuatu kesalahan tanpa kita sadari bahwa itu telah melukai yang lain dan anehnya ketika aku menayakan untuk kesalahan apa yang aku perbuat, hal itu justru menambah cemar masalah. sementara aku sangat tidak suka atas kebisuan ini. Gusar dan pergi. Aku berpikir bahwa persoalan sebenarnya adalah tidak rumit dan tidak pula seberhana, ini soal perasaan kupikir.

Tentu aku tidak bisa membiarkan masa lalu ikut menyiksaku dengan tetap berada disana maka aku pun memaafkan masalalu. Aku hanya ingin mengatakan kami bukan menjalani satu cerita film yang mesti ada antagonis dan protagonis. Kami sama-sama kalah dan sama-sama menang. Kami tidak sedang menjalani peperangan sebagai penjahat yang pantas untuk mati dan saling membunuh dan drama persahabat romantis yang meski dipisahkan karena rasa cinta yang tumbuh. Soal kegusaran sikapku hanya ekpresi spontan sebagai wujud aku tidak suka akan hal itu. Aku bisa memaafkan masalalu, dia entahlah.

5 komentar:

  1. palu bisa memecah kebekuan es batu. Tetapi untuk memecah kebekuan hati hanya perlu lisan.

    BalasHapus
  2. yoi..tapi salah ucap bisa cemar jg

    BalasHapus
  3. hati hanya takluk dengan hati gan

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. hati inilah yg menjadi jarak gan..hati kami masing2 menolak "saling takluk" pd hati yg lain.

    BalasHapus